Rabu, 28 Mei 2014

KITA ADALAH BHINEKA TUNGGAL IKA

        Aroma Pilpres 2014 terasa makin kencang berhembus hampir semua media baik itu media elektronik, cetak maupun jejaring sosmed memilih topik ini sebagai head line news, bahkan berita perhelatan piala dunia sepak bola yang akan di gelar di Brazil dalam beberapa minggu ke-depan sepertinya sedikit terpinggirkan. namun hal tersebut sangatlah wajar sebab bangsa ini sedang berancang-ancang menentukan nasib untuk 5 tahun kedepan.

       Gebyarnya berbagai bentuk berita yang menyangkut para kandidat terus bergulir di hampir semua media, terlebih di jejaring sosial, dari berita pujian, tudingan sampai caci maki hampir setiap hari menjadi santapan neter atau pengguna jejaring sosmed, bahkan saya pribadi pada akhirnya merasa jenuh dan muak dengan semua pemberitaan tersebut, setiap kali memasuki dunia maya / sosmed senantiasa muncul berita yang terkesan kalau tidak menyanjung ya menyudutkan dari pendukung, simpatisan / kubu masing-masing, senuanya ingin menunjukan bahwa kandidat merekalah yang paling baik, paling bersih dan paling jujur. dalam kontek politik hal itu tentunya bisa dianggap wajar, Namun dalam kontek kebhinekaan dan keagamaan terlepas benar atau tidak isi dari informasi tersebut itu sangatlah tidak elok, kita semua punya hak penuh untuk mendukung / menjadi simpatisan dari salah satu kandidat tapi bukan berarti kita juga bebas mengatakan dan menuduh kandidat lain salah / tidak baik / tidak bersih. sebab sebagian besar berita yang kita konsumsi atau kita upload masih merupakan berita "katanya" dan kita tidak pernah tahu yang sesungguhya.

        Haruskah Ghibah, fitnah dan berburuk sangka menjadi sebuah trend budaya baru di negeri yang menganut paham Bhineka Tunggal Ika. dan bukankah semua agama melarang hal-hal yang demikian.?? dan tanpa kita sadari semua itu pada akhirnya akan diwariskan kepada generasi kita selanjutnya, coba kita bayangkan berapa juta anak Indonesia yang bakal terkontaminasi dan tercuci otaknya ketika mereka membuka internet disuguhi berita-berita yang isinya saling tuding, fitnah, saling menyombongkan. akan menjadi generasi apa kelak jika santapan berpikirnya bukan sebuah pencerahan yang menyejukan, merajut harapan 5 tahun ke depan bukan berarti menanggalkan etika,  sebagai sebuah bangsa yang bermartabat dengan memiliki keluhuran budaya seharusnya mampu menempatkan keberpihakannya secara proporsional dan profesional. 

            Sejatinya demokrasi kita adalah demokrasi ala Indonesia yang lebih mengedepankan sikap gotong royong serta musyawarah untuk mufakat, sebagai sebuah bentuk dinamika demokrasi kita boleh berbeda tapi bukan berarti menyuarakan perbedaan itu harus dengan teriakan dan kepalan tangan atau bahkan tudingan, tapi mari kita bersebarangan pilihan dengan cara santun dan beretika, tunjukan kapasitas dan kapabilitas kita dengan cara terhormat dan bermartabat, esensinya sekecil apapun konstribusi kita pada pesta demokrasi 5 tahunan ini memiliki tujuan yang sama yaitu demi kebesaran nusa, bangsa dan agama kita. dengan cara yang berbeda, itulah subtansi Bhineka Tunggal Ika yang seharusnya dapat mengikat dan merekatkan bangsa ini,