MAKAN MALAM DENGAN TUHAN
Allah…Dialah Yang Maha Dekat. Bahkan Dia lebih dekat kepada hambanya
daripada hambanya kepada dirinya sendiri. Terkadang kita masih
menganggap bahwa Allah adalah sesuatu yang jauh dilangit, sehingga
ketika berdoa, kita pun mengarahkan wajah kita ke langit. Sahabatku…jika
kita mencoba untuk mengenalNya lebih dalam, kita akan menyadari bahwa
Ia begitu dekat dengan kita. Manifestasi sifat-sifatNya terpancar
diseluruh alam semesta.
Seorang guru berkata “This world is a place where the Divine Oneness
is being expressed in so many different ways”, dunia ini adalah tempat
dimana Tuhan Yang Maha Esa termanifestasikan ke dalam berbagai bentuk
yang berbeda-beda. Manifestasi dari sifat-sifatNya bisa kita lihat
disekitar kita, sifat Ar-RahmanNya, Yang Maha Pengasih termanifestasikan
dalam kasih sayang orang tua kepada anaknya, dalam kasih sayang induk
ayam menemani anak-anaknya ketika mencari makan, dalam tetesan air
hujan, hingga matahari yang memancarkan kehangatan sinarnya kepada bumi.
SifatNya Al-Badii’, Yang Maha Indah, terwujud dalam Keindahan
bunga-bunga yang merekah, dalam indahnya warna-warni pelangi, dan juga
dalam kicauan burung-burung yang terdengar begitu merdu di telinga kita.
Dengan sifatNya Al-Hadi, Yang Maha Pemberi Petunjuk, Ia selalu
membimbing kita dengan penuh Cinta dan kasih Sayang sehingga kita bisa
mengerti tentang arti kehidupan. Ia memberi petunjuk kepada kita agar
kita mengetahui mana yang baik bagi diri kita, dan mana yang buruk. Dia
yang mengajarkan kita bagaimana caranya untuk mengenal dan mencintai
DiriNya agar manusia merasa tenteram dalam hidupnya karena memang untuk
itulah kita diciptakan.
Sahabatku…dimana kita bisa menemukan tempat yang tidak ada Dia? Tidak
ada satu tempat pun tanpa keberadaanNya. Kemanapun wajah kita
menghadap kita melihat manifestasi dari sifat-sifatNya. Kisah dibawah
ini mengajarkan sesuatu kepada kita bahwa Tuhan bukanlah sesuatu yang
jauh disana, Ia bukanlah sesuatu di langit sana. Tetapi ia ada di
sekeliling kita, Ia selalu menemani kita, Ia selalu hadir bersama kita
sebagaimana seorang sufi Dhu ‘l-Nun mengatakan “Ya Tuhan, ketika aku
mendengar suara binatang, suara pohon-pohon, suara percikan air, kicauan
burung-burung, gemuruh angin dan gelegar halilintar, aku menyadari pada
mereka bukti dari keEsaanMu, aku merasakan bahwa Engkaulah Sang
Pencipta, Yang Maha Besar, Yang Maha Bijak, Yang Maha Adil”. Tidak
sesuatu pun yang luput dari kehadiranNya. Semoga Dia selalu menjaga hati
kita agar senantiasa peka terhadap kehadiranNya di dalam setiap nafas
kehidupan kita. amin
Salah satu bangsa Israel mendatangi Musa dan mengatakan, “Tolong
sampaikan kepada Tuhanmu bahwa kami mengundangnya untuk makan malam.”
Musa menjawab bahwa Tuhan tidak makan ataupun datang ke jamuan makan
malam. Namun, ketika suatu kali Musa ke Gunung Sinai, Tuhan berkata
kepadanya, “Mengapa tidak kau sampaikan undangan jamuan makan malam dari
hambaKu?”
Musa berkata, “Tapi Tuhanku, Engkau tidak makan.” Tuhan menjawab,
“Rahasiakan apa yang kau ketahui antara dirimu dengan Ku. Katakan pada
mereka bahwa Aku akan datang memenuhi undangannya.”
Musa turun dari Gunung Sinai dan mengumumkan bahwa Tuhan akan datang
pada jamuan makan malam tersebut. Tentunya setiap orang mempersiapkan
hidangan yang luar biasa, termasuk Musa. Pada saat mereka semua sibuk
memasak, tiba-tiba muncul seorang kakek tua yang keletihan setelah
melakukan perjalanan jauh. “Aku sangat lapar,” dia berkata kepada Musa.
“Tolong berikan aku sesuatu untuk dimakan.” Musa menjawab, “Bersabarlah,
Tuhan alam semesta akan datang. Ambil ember ini dan timbalah air
disumur, kau juga bisa membantu kami menyiapkan hidangannya.”
Setelah ember terisi, kakek tua tersebut memberikannya kepada Musa
dan sekali lagi meminta makanan kembali, tetapi tidak ada yang bisa
memberikan ia makanan sebelum Tuhan datang. Ketika waktu yang ditentukan
telah tiba, namun Tuhan tidak juga muncul. Setiap orang mulai
menyalahkan Musa atas ajakannya yang tidak benar. Musa merasa sangat
malu.
Keesokan harinya, Ia mendaki Gunung Sinai dan berkata, “Tuhanku, apa
yang kau lakukan padaku? Aku berusaha meyakinkan setiap orang bahwa
Engkau Wujud, Kau berkata bahwa Kau akan datang pada jamuan tersebut dan
Kau tidak pernah muncul. Tidak seorang pun yang akan mempercayaiku
lagi!” Tuhan menjawab, “Aku datang, Aku sebenarnya mendekatimu, tetapi
ketika Aku memberitahumu bahwa Aku lapar, kau menyuruhkKu menimba air.
Aku kembali meminta, tetapi engkau menyuruhKu menyiapkan hidangan. Baik
kamu maupun orangmu tidak mampu menyambutKu dengan hormat.”
“Tuhanku, seorang kakek tua datang kepadaku dan meminta makanan kepadaku. Tetapi ia hanyalah seorang mahluk hidup.”
“Aku bersama hambaKu yang kelaparan itu. Menghormatinya berarti
menghormatiKu. Melayaninya berarti melayaniKu. Seluruh langit dan bumi
terlalu kecil untuk menampungKu, tetapi tidak demikian dengan hati para
hambaKu. Aku tidak makan, tidak pula minum, tetapi menghormati hambaKu
berarti menghormatiKu. Memperhatikan mereka adalah memperhatikanKu.”
Dari buku: